Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Sukses Turunkan Angka Stunting, Pidie Jaya Masuk Daftar Daerah Penanganan Stunting Hingga 100 Persen

Selasa, 10 Desember 2024 | Desember 10, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-12-10T06:26:33Z
Stunting merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian serius pemerintah di seluruh wilayah Indonesia, tak terkecuali Provinsi Aceh. 

Stunting adalah masalah gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat.

Tak hanya pertumbuhan tubuh, dampak stunting juga mempengaruhi pertumbuhan otak pada anak.

Kondisi gagal pertumbuhan ini diakibatkan karena kekurangan gizi dalam waktu yang lama, yaitu sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran).

Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, saat ini prevalensi stunting nasional berada di angka 21,5 persen. 

Jumlah tersebut menurun sekitar 0,8 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya.

Walaupun menurun, angka tersebut masih tergolong tinggi, mengingat target prevalensi stunting Indonesia di tahun 2024 sebesar 14 persen dan 20 persen dari angka yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pencapaian membanggakan dari Pidie Jaya

Aceh juga menjadi salah satu provinsi yang serius dalam penanganan persoalan stunting.

Ini terbukti dari beberapa daerah yang sukses menurunkan angka stunting, diantaranya ialah Kabupaten Pidie Jaya (Pijay).

Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pidie Jaya telah berhasil menurunkan angka stunting mencapai 8,4 persen .

Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes KB) Pijay, Eddy Azwar SKM MKes mengatakan, persentase stunting di Pidie Jaya saat ini berada di 29,4 persen .


Sebelumnya, angka stunting di Pijay 37,8 % .

Tak hanya mencatatkan kemajuan signifikan dalam menurunkan angka stunting, Pidie Jaya juga berhasil menoreh pencapaian terbaiknya dalam penanganan persoalan gizi kronis ini.

Daerah ini berhasil masuk dalam enam besar kota/kabupaten di Aceh yang mampu melakukan penanganan stunting hingga 100 persen.

"Data per 30 Juni 2024 menunjukkan bahwa Pidie Jaya telah melakukan penanganan stunting hingga 100 persen," ujar Eddy Azwar, Kamis (5/12/2024).

"Jadi, penurunan stunting angkanya sama dengan Provinsi Aceh 29,4 persen," sambungnya.

Berdasarkan Laporan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pemerintah Aceh Semester I Periode Januari-Juni 2024, hasil survei nasional Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan angka stunting di Pidie Jaya pada 2021 lalu 29,0 % .

Angka tersebut lebih rendah dari provinsi Aceh yang berada pada 33,2 persen, namun lebih tinggi dari angka nasional 24,4 persen.

Kendati demikian, jika merujuk pada data elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasi masyarakat (e-PPGBM), Pidie Jaya berada diangka 21 persen.

Pada 2023, angka stunting di Pidie Jaya sempat meningkat 8,8 % menjadi 37,8 % . Lalu pada 2023 turun menjadi 29,4 % .

Gerakan pencegahan yang terintegrasi
Pencapaian Pidie Jaya dalam menanggulangi masalah stunting hingga 100 persen ini tidak datang begitu saja. 

Eddy menjelaskan, berbagai upaya dilakukan oleh Pemkab Pijay untuk menurunkan angka stunting di daerahnya dan mencapai target nasional 14 % .

Mulai dari pembentukan Tim Percepatan Stunting (TPPS) tingkat kabupaten hingga gampong (desa), pemberian makanan tambahan lokal bagi balita dan ibu hamil selama 3 bulan, pemberian tablet zat besi (FE) bagi remaja dan edukasi stunting bagi calon pengantin.

Selain itu, Pidie Jaya juga membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) di 222 gampong, Bapak atau Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS) bagi kepala SKPK, menjalankan program dompet amal stunting serta penelitian dari kampus terkait strategi penurunan stunting.

Sejak 13 Juni 2025, lanjut Eddy, Pidie Jaya telah memulai gerakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting yang diluncurkan di Gampong Rumpuen, Kemukiman Beuracan, Kecamatan Meureudu.


Gerakan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, serta organisasi kemasyarakatan dan relawan.

"Dengan komitmen semua pihak serta instansi terkait dalam jajaran Pemkab Pijay, maka Pijay masuk dalam 6 besar Kabupaten/Kota di Aceh yang telah 100?rhasil pelaksanaannya stunting," pungkasnya.


Penyebab stunting 
Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya stunting, antara lain aktor asupan gizi ibu dan anak, status kesehatan balita, ketahanan pangan, lingkungan sosial dan kesehatan, lingkungan pemukiman, kemiskinan, dan lain-lain 

Dikutip dari laman yankes.kemkes, asupan gizi yang baik tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga tetapi juga dipengaruhi oleh pola asuh seperti pemberian kolostrum (ASI yang pertama kali keluar), inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, dan pemberian makanan pemdamping ASI (MP-ASI) secara tepat.

Ibu hamil dengan konsumsi asupan gizi yang rendah dan mengalami penyakit infeksi akan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan atau panjang badan bayi di bawah standar.

Sementara itu, dilansir dari ayosehat.kemkes, kehamilan remaja, gangguan mental, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi yang dialami oleh Ibu saat mengandung juga bersiko menyebabkan stunting pada anak.

Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih juga menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.


Ciri-ciri stunting pada anak

Perlu diketahui, tidak semua balita pendek menunjukkan gejala stunting.

Namun anak yang mengalami stunting pasti memiliki ukuran tubuh pendek atau dibawah standar tinggi badan rata-rata. Sehingga harus dilakukan pengukuran badan, bukan hanya perkiraan.

Stunting pada anak atau balita bisa diketahui setelah dilakukan beberapa prosedur, yaitu tanya jawab oleh petugas kesehatan seputaran asupan makan anak, riwayat pemberian ASI, riwayat kehamilan dan persalinan, serta lingkungan tempat tinggal anak.

Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan fisik berupa mengukur panjang atau tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan lingkar lengan anak.

Bila tinggi badannya berada di bawah garis merah (-2 SD) berdasarkan kurva pertumbuhan WHO, maka anak tersebut dapat di diagnosis stunting.

Dikutip dari laman Kemenkes, selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lain anak mengalami gejala stunting, yaitu: 

Pertumbuhan Melambat
Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
Pertumbuhan gigi terlambat 
Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya
Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).
Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi. 

Sumber : serambi
×
Berita Terbaru Update