Wakil Wali Kota Banda Aceh, Afdhal Khalilullah, dalam sambutannya menyatakan bahwa kunjungan ini datang pada momen yang sangat istimewa, bertepatan dengan 20 tahun perdamaian Aceh.
“Sebuah perjalanan panjang dari konflik menuju kedamaian yang kita nikmati hari ini. Banda Aceh juga berdiri sebagai simbol kebangkitan setelah bencana tsunami 2004,” ujarnya.
Afdhal kemudian memaparkan kondisi terkini Banda Aceh, yang memiliki penduduk 270 ribu jiwa dengan mayoritas usia produktif. Pertumbuhan ekonomi kota tahun lalu mencapai 6,08%, ditopang oleh lebih dari 34 ribu UMKM, sektor ekonomi kreatif, dan lebih dari 77 objek wisata.
Ia juga menekankan transformasi politik dan keamanan pasca MoU Helsinki 2005 yang menciptakan stabilitas untuk pembangunan.
Di sisi lain, Dr. Giselle Larcombe menyampaikan bahwa kunjungannya bertujuan untuk melihat langsung perkembangan Aceh 20 tahun pasca perjanjian damai.
“Kami bersyukur dapat berkunjung dan tidak sabar melihat situs budayanya. Kami ingin melihat bersama bagaimana fungsi pembangunan sosial-ekonomi berjalan,” jelasnya.
Selandia Baru menyampaikan minatnya untuk menjalin kerja sama di beberapa sektor utama. Dr. Larcombe menyebutkan kerja sama dalam pemberdayaan ekonomi perempuan, pertukaran keterampilan di bidang energi terbarukan dan pertanian, serta program beasiswa S2 dan S3 bagi warga Aceh, termasuk program khusus bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).